Bermain ski saat
musim dingin di Hokkaido bersama teman-teman sekelas, kupikir akan menjadi
liburan yang paling menyenangkan. Aku tidak pernah menyangka liburan itu akan
menjadi awal mimpi buruk yang tidak pernah kubayangkan.
Yoshio dan Miyako saling melempar
bola salju setelah puas meluncur. Aku yang awalnya tidak ingin bergabung dengan
mereka pun mulai membentuk bola salju setelah menerima lemparan bola salju
Miyako.
“Kalian datang kemari hanya untuk ini?” tanya Matsuda yang tiba-tiba
muncul bersama Tetsuyama.
“Tidak ada salahnya, kan?! Di Tokyo tidak ada salju.” Jawab Yoshio.
“Ya, benar. Aku juga jadi ingin ikut.” Kata Tetsuyama sambil melempar
bola salju ke arah Yoshio.
Aku baru melempar beberapa bola salju saat seorang
gadis yang seumuran denganku menghampiriku. Sepertinya dia siswi SMA lain yang
juga sedang berlibur. Wajahnya pucat.
“Semoga berhasil. Maaf.” Katanya sambil memberikan sebuah gelang
padaku dan segera berlari menjauh. Gelang dengan tali berwarna merah yang
dihiasi beberapa bola kristal di bagian atasnya itu cukup menarik perhatianku. Gelang
dari gadis yang tidak kukenal itu kukenakan dan kuanggap sebagai oleh-oleh
gratis dari Hokkaido.