Happily shared our short stories. Thanks for your attention. Your comment will help us to improve.

Label

Senin, 24 Desember 2012

Warm Winter


                Musim dingin. Aku suka musim dingin. Duduk di cafe favorit,  menikmati secangkir coklat panas dan membicarakan tentang rencana liburan dengan teman-teman.
“Nona Hall.” Sapa Richard sambil membereskan meja di sampingku, “Beberapa hari ini Anda datang sendirian.”
Aku hanya tersenyum. Richard membalas senyumanku dan kembali pada pekerjaannya. William sibuk dengan teman-teman barunya. Ia mulai jarang bicara padaku.
                William adalah siswa baru. Dia duduk di belakangku. Tepatnya kursi yang kosong setelah Kelly, teman baikku pindah ke Amerika. Karena itulah William dan aku yang pendiam bisa menjadi teman dekat.
                Aku tidak punya banyak teman. Dan hanya Kelly yang bersedia menghabiskan waktu bersamaku. Sebenarnya aku berharap William akan menggantikan Kelly yang tidak mungkin datang tapi dia mulai jarang bicara padaku. Ia lebih sering bergabung dengan Nick dan teman-temannya. Aku hanya menatap mereka dari jauh. Nick dan teman-temannya tidak terlalu dekat denganku. Mereka mungkin menganggapku sebagai orang yang membosankan.

                Karena tidak tahan dengan udara yang semakin dingin, aku memutuskan untuk pulang dengan bis. William, Nick, Mandy dan yang lainnya ada di cafe yang berjarak dua blok dari cafe favoritku. Mereka tampak akrab. Aku berharap ada di antara mereka juga.
                Liburan akhir tahun segera tiba. Aku berencana menghabiskan waktu di rumah dan cafe favoritku. Kemungkinan besar Kelly tidak bisa kembali ke Inggris, tidak ada yang mengajakku dalam rencana liburan mereka dan orang tua tidak menyiapkan rencana liburan.
“Apa rencanamu selama liburan, Ren?” tanya Taylor mengagetkanku.
“Tahun ini aku hanya menghabiskan waktu di rumah.” Jawabku sambil tersenyum.
“Nick akan membuat pesta di rumahnya sehari sebelum liburan dimulai. Wil tidak memberitahumu?” tanya Taylor lagi.
“Tidak. Kami tidak dekat lagi. Mungkin dia tidak membutuhkanku lagi. Aku orang yang membosankan.” Aku mencoba tersenyum walaupun sedih saat mengucapkannya.
Aku menganggap William lebih dari seorang teman. Taylor menatapku sambil tersenyum kecil.
                Aku benar-benar berpikir William tidak membutuhkanku lagi. Dia tidak menghubungiku dan selalu bersama Nick. Kelly yang ada di benua lain saja masih sempat menghubungiku sesekali. Aku tidak menyalahkannya. Aku memang orang yang membosankan dengan pergaulan yang sempit. Aku sudah terbiasa sendiri.
                Hari terakhir sebelum liburan. Keluar dari rumah, aku melihat sekelompok remaja pergi ke sekolah bersama. Sadar dilihat olehku, mereka balas menatapku. Aku tersenyum malu dan segera berjalan pergi. Udara terasa semakin dingin, sesuai dengan suasana hatiku yang suram.
                Malamnya, tiba-tiba handphoneku berdering. Telepon dari nomor tak dikenal. Dengan penasaran aku menjawab panggilan dari nomor tak dikenal itu
“Rena Hall, keluarlah sebentar.” Suara yang kukenal, William.
Ia langsung menutup telepon sebelum aku sempat bertanya. Seharusnya ia ada di pesta Nick.Aku segera turun. Aku mendengar suara Kelly di ruang tamu. Ya, Kelly datang, ia bicara dengan Ibu. Ibu tidak memberitahuku Kelly datang.
“Hei, Ren. Maaf tidak memberitahumu.” Kata Kelly sambil memperlihatkan senyum manisnya.
“Ada apa?” tanya Kelly saat aku menatap ke arah pintu.
“William. Sepertinya, dia ada di luar.” Kataku pelan. Kelly menatapku dengan ekspresi menggoda.
                Aku membuka pintu. William ada di luar. Bersama Nick, Mandy, Taylor dan teman-teman yang lain, juga sebuah kue tar dengan lilin yang disusun membentuk angka 17.
“Selamat ulang tahun, Rena.” Mereka mengucapkannya secara serentak.
Mereka menyuruhku meniup lilin sebelum aku berkomentar. Aku sendiri lupa pada hari ulang tahunku.
“Ini ide William. Bagaimana? Mengejutkan?” tanya Kelly.
“Tentu saja. Taylor bilang mereka mengadakan pesta si rumah Nick malam ini.”
“Tidak seperti apa selalu kamu pikirkan. Mereka juga bersedia menghabiskan waktu bersamamu. Jangan menjadi seorang penyendiri lagi.” Kata William.
“Dan sepertinya William menyukaimu. Ya, itu yang dia katakan padaku.” Nick berkata dengan suara keras. William menginjak kaki Nick sambil menundukkan wajahnya yang agak memerah. Aku merasa hangat dikelilingi orang-orang yang peduli padaku. Inilah musim dingin terhangat yang pernah kualami.


End


(Linoire)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Komentar Anda akan menjadi penghargaan besar untuk kami.
Thanks for your visit. Your comment will be a great aprreciation for us.