Happily shared our short stories. Thanks for your attention. Your comment will help us to improve.

Label

Senin, 18 Maret 2013

Memories of The Bracelet 2



               “Minggu ini tolong temani aku ke Shibuya.” pinta Etsuko pada kedua sahabatnya. Mereka tidak segera menjawab. Mika mengambil sebungkus biskuit coklat dan meletakkannya dalam keranjang belanjaannya yang hampir penuh dengan barang belanjaan Etsuko dan Yuuko.
“Maaf, Etsuko, aku sudah punya rencana akhir minggu ini.” Kata Mika merasa bersalah.
Etsuko segera melirik ke arah Yuuko. Mika pun menoleh ke arah Yuuko.
“Baiklah. Aku akan menemanimu ke Shibuya.” Kata Yuuko sedikit terpaksa.
“Aku sudah selesai. Cepat bayar dan kita pulang. Aku kasihan pada Mika.” Kata Etsuko setelah meletakkan sebungkus permen pada keranjang Mika.
               Pintu belum dibuka walaupun Mika sudah membunyikan bel berkali- kali. Mika dapat membaca situasi dalam rumah.’Ibu sedang belanja dan kunci diletakkan di tempat biasa, di bawah pot bunga ketiga dari pintu.’ Ia segera mengambil kunci yang disembunyikan. Bukan hanya kunci, Mika menemukan benda lain di dekat pot. Sebuah gelang bertali merah dengan bola kristal pada bagian atas.
               Mika menoleh ke belakang. Ia merasa ada seseorang dibelakangnya tapi tidak ada seorang pun sepanjang koridor sekolah pagi itu. Ia sengaja datang cepat untuk menemani Etsuko dan Yuuko yang tugas piket. Jika ada yang datang sepagi itu juga, pasti Etsuko atau Yuuko. Etsuko dan Yuuko sudah berada dalam ruang kelas saat Mika berjalan masuk ke dalam kelas.
“Semua sudah selesai. Kamu terlambat.” Kata Yuuko sambil tersenyum.
“Aku tidak tahu kamu suka memakai gelang.” Kata Etsuko saat melihat gelang bertali merah dengan bola kristal pada pergelangan tangan kiri Mika.
“Aku menemukannya di halaman rumah dan aku suka bola kristalnya.” Mika memandangi gelangnya.
               Jam pelajaran matematika. Konsentrasi Mika buyar saat melihat bayangan seorang wanita berkimono biru berjalan di depan kelas. Ia berdiri di sudut kelas lalu menoleh ke arah Mika.
“Ariwara, kerjakan soal nomor tujuh. Ariwara!” tegur Bu Maruyama. Mika tidak menjawab.
“Mika!” Mika menoleh ke arah Etsuko yang menyentuh bahunya. Etsuko menunjuk ke arah Bu Maruyama.
“Ariwara, kerjakan soal nomor tujuh.” Mika bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke depan kelas. Ia melirik ke sudut ruangan. Wanita berkimono biru itu tidak terlihat lagi.
               Selesai makan malam, Mika membaca buku di dalam kamarnya. Mika melirik ke arah jendela, merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Tidak ada siapa-siapa. Mika membuka jendela dan melihat ke luar. Tidak ada siapa pun di luar. Merasa tidak enak, Mika menutup jendela dan menutupi kaca jendela dengan gorden.
               Ruangan dengan desain klasik, beberapa kimono indah dengan warna yang menarik di atas tatami, suara koto yang merdu. Beberapa vas dan gantungan yang indah menghiasi ruangan. Ruangan yang bagus tapi suasana terasa  aneh. Pintu terbuka. Seorang wanita berkimonno biru dengan rambut panjang yang indah masuk ke dalam ruangan. Mika terbangun dari tidurnya. Ia memejamkan mata, berusaha untuk tidur sepanjang malam tapi tidak berhasil.  Cahaya matahari menembus jendela. Mika bangun dari tempat tidur.
               Hari minggu. Mika menghubungi Etsuko, menawarkan diri menemaninya ke Shibuya bersama Yuuko. Ia merasa tidak nyaman berada di rumah. Ia tidak berusaha melanjutkan tidurnya walaupun lelah.
“Kukira kamu sudah punya rencana hari ini.” Kata Etsuko heran di balik telepon.
“Ya. Tapi aku berubah pikiran. Aku bosan di rumah.” Kata Mika.
               Pikiran Mika kosong. Ia hanya mengikuti Etsuko dan Yuuko. ia bahkan tidaktidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Yuuko yang memperhatikannya mulai khawatir.
“Mika, kamu terlihat lelah. Kantung matamu juga terlihat jelas. Lebih kita pulang saja.” Kata Yuuko.
“Tidak apa-apa. Aku hanya tidak bisa tidur. Lagipula aku memang butuh refreshing.” Kata Mika sambil tersenyum. Senyum di wajahnya mulai memudar saat ia melihat wanita berkimono biru dalam mimpinya lewat di belakang Etsuko dan Yuuko sambil menatap tajam ke arahnya. Etsuko dan Yuuko menoleh ke belakang. Keduanya juga melihat sekeliling.
“Ada apa? Wajahmu tampak kaget dan takut.” Etsuko mulai khawatir. Mika tidak menjawab.
               Terdengar suara koto. Wanita berkimono biru. Ia tidak memakai kimono birunya. Ia duduk memainkan koto. Tidak lama, ia mulai menari sementara wanita lainnya memainkan koto untuknya. Ia penari yang hebat. Semuanya menjadi silau. Pemandangan berubah. Wanita berkimono biru, tampak kesal. Ada orang lain di ruangan yang sama. Seorang wanita. Mereka bertengkar. Wanita berkimono biru menjatuhkan sebuah vas bunga dari dudukannya. Keduanya terdiam sejenak. Wanita berkiono biru memungut pecahan vas. Wanita yang satu lagi memukulnya. Pecahan vas melukai tangan wanita berkimono biru. Darah mengotori kimono birunya. Pemandangannya kembali beralih. Terdengar suara teriakan. Semuanya menjadi gelap. Mika berlari. Wanita berkimono biru menghalanginya. Mika berlari ke arah lain. Wanita berkimono biru menarik tangan kanan Mika. Genggamannya kuat. Mika terbangun. Pergelangan tangan kanannya tampak merah.
               Terbangun dari mimpi yang sama selama seminggu, wajah Mika menjadi pucat. Ia  sulit berkonsentrasi dalam kelas. Dimarahi Bu Maruyama berkali-kali. Tampak tidak bersemangat. Berat badannya juga menurun. Ia tampak buruk.
“Kamu masih sering mimpi buruk?” tanya Etsuko yang segera dibalas anggukan pelan Mika.
“Mika, ayo pergi festival Tanabata. Mungkin kamu akan merasa lebih baik.” Saran Yuuko.
“Ya. Mungkin aku akan merasa lebih baik.” Mika tersenyum.
               Mimpi yang hampir sama. Terdengar suara tangisan yang pelan dan terlihat tetesan darah. Semuanya gelap. Mika berlari. Wanita berkimono biru menghalanginya. Ia terlihat tidak biasa. Rambut panjangnya yang berantakan hampir menutupi seluruh wajahnya. Kimono birunya yang indah terkoyak dengan bercak darah yang menyebar hampir merata menutupi warna asli kimono. Mika berbalik arah, berlari secepat mungkin. Sesekali ia menoleh. Wanita berkimono biru tidak mengejarnya. Mika memperlambat langkahnya.  Ia melirik ke belakang saat merasakan sesuatu menyentuh bahunya. Wanita berkimono biru meyandarkan kepalanya pada bahu kiri Mika. Ia ada tepat di belakang Mika. Mika mencium bau darah pada rambut wanita berkimono biru.
Mika terbangun. Ia menarik nafas dalam-dalam dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Ia  menemukan rambut panjang yang rontok di atas bantalnya saat ia menoleh sekilas ke arah sana. Mika segera menyapu rambut panjang itu dari bantalnya. Mika yang wajahnya tampak ketakutan menyentuh bahu kirinya perlahan tanpa menoleh sedikitpun. Merasa sedikit lebih tenang, Mika melirik ke arah bahu kirinya dan menemukan bercak merah kehitaman pada piyamanya.
               Mika mengamati baju piyama yang buru-buru ia ganti dengan baju yang lain. Tidak ada noda apapun di sana. Ia meletakkan baju itu di atas lantai. Mika duduk terdiam cukup lama sebelum ia memejamkan mata dan kembali berbaring di atas tempat tidurnya. Ia menutupi dirinya dengan selimut.
               Etsuko dan Yuuko menunggu Mika di ruang tamu. Mika sedang memilih kimono yang cocok untuk festival Tanabata.
“Mika, Ibu membelikanmu kimono baru. Pakai yang ini saja.” Saran ibu Mika sambil memperlihatkan sebuah kimono biru. Mika terdiam menatap kimono biru itu. Ibu Mika tersenyum sambil menutup pintu kamar. Mika meraih dan mengamati komono itu. Coraknya sama dengan kimono wanita berkimono biru. Mika yang pandangannya tiba-tiba kabur perlahan duduk di pinggir tempat tidurnya.
               Seorang wanita berkimono biru. Ia berdiri membelakangi Mika. Perlahan ia membalikkan tubuhnya. Wanita berkimono biru tapi dengan dandanan yang berbeda. Dari dandanan khasnya, Mika sadar ia adalah seorang Geisha. Tak heran ia dapat memainkan koto dengan bagus dan menari dengan indah. Wanita itu adalah seorang seniman yang berbakat. Seorang wanita masuk ke dalam ruangan dan mendekatinya. Ia wanita yang pernah berdebat dengan wanita berkimono biru. Mika masih dapat mengenali wajahnya walaupun ia terlihat agak berbeda dengan dandanan Geisha.
               Keduanya kembali berdebat. Wanita berkimono merah, lawan bicara wanita berkimono biru tampak kesal. Ia menarik sedikit lengan kimono sebelah kanannya dan memukul wanita berkimono biru. Sekilas Mika melihat sebuah gelang bertali merah dengan beberapa bola kristal pada pergelangan tangan kiri wanita itu. Ia memanggil beberapa orang pelayan wanita. Wanita berkimono merah tersenyum. Ia memberi isyarat tangan dan para pelayan segera mengelilingi wanita berkimono biru. Mereka memukuli wanita berkimono biru. Ia berusaha melawan tapi tak dapat lari dari mereka. Mika berusaha mendekati mereka tapi ia tidak dapat bergerak. Wanita berkimono biru yang mengalami luka cukup parah diseret keluar ruangan oleh para pelayan. Bercak darah mengotori tatami dan lantai.
               Wanita berkimono biru terbaring di atas tanah, di pinggir tebing. Wanita berkimono merah dan pelayan-pelayannya menatapnya.
“Inilah hukuman karena berani melawanku. Sebagai oleh-oleh menuju alam sana, akan kuberikan ini padamu.” Kata wanita berkimono merah sambil melepas dan melempar gelang yang dipakinya ke wajah wanita berkimono biru. Rambut panjang wanita berkimono biru menutupi sebagian wajahnya tapi Mika dapat melihat matanya yang menatap tajam ke arah wanita berkimono merah. Wanita berkimono merah tertawa. Ia membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi sambil memberi isyarat tangan pada para pelayannya. Wanita berkimono biru meraih gelang bertali merah dengan beberapa bola kristal yang dilempar ke wajahnya. Para pelayan mendekati wanita berkimono biru. Mereka menjatuhkannya dari atas tebing.
               Cahaya menyilaukan menghalangi pandangan. Mika mengamati sekelilingnya saat ia kembali berpindah ke tempat lain. Pepohonan yang lebat, di tengah hutan. Pandangannya menangkap sosok wanita berkimono biru terbaring dengan tubuh berlumuran darah saat ia menoleh ke arah sungai. Mika mengamati tangan wanita berkimono biru yang menggenggam kuat gelang bertali merah dengan beberapa bola kristal di bagian atasnya.
               Etsuko dan Yuuko saling berpandangan dengan wajah penasaran saat melihat Mika menghampiri mereka dengan wajah serius dan tanpa kimono.
“Maaf, aku tidak bisa ikut ke festival. Ada hal lain yang harus kulakukan.” Kata Mika cepat. Ia segera berjalan pergi meninggalkan Etsuko dan Yuuko.
               Mika berlari menuju kuil. Sesekali ia melihat ke arah gelang bertali merah dengan beberapa bola kristal yang ada di genggamannya. Mika mendoakan wanita berkimono biru.
‘Aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi aku bukan wanita berkimono merah itu. Aku tidak ingin terus dihantui olehmu. Gelang ini akan kuhancurkan.’ Kata Mika dalam hati.
               Ibu Mika tersenyum melihat Mika mengumpulkan daun-daun kering di halaman rumah. Mika menyalakan api dan mulai membakar daun-daun kering yang dikumpulkannya. Ia mengamati gelang bertali merah dengan beberapa bola kristal di tangannya. Ia lalu menarik nafas panjang dan melempar gelang itu ke dalam api. Mika tersenyum lega.
               Wajah Mika tampak segar. Tidak ada mimpi buruk yang membangunkannya di tengah malam lagi. Selesai menghabiskan nasi di piringnya, ia segera meraih tas sekolahnya.
“Mika. Ibu menemukan gelangmu terjatuh di depan pintu rumah. Hati-hati di jalan, ya.” pesan Ibu Mika sambil menyerahkan gelang bertali merah dengan beberapa bola kristal di bagian atasnya pada Mika. Mika menerimanya dengan senyum yang dipaksakan.
               Dengan wajah heran, Mika mengamati gelang yang dibakarnya bersama daun-daun kering.
“Aku tidak ingin diganggu lagi. Semoga tidak ada yang menemukannya lagi.” Kata Mika sambil melemparkan gelang bertali merah dengan beberapa bola kristal pada bagian atasnya ke dalam kantung sampah yang akan dibakar di sekolah. Mika sengaja mengambil kantung sampah itu dari siswa yang bertugas piket untuk membuang gelang itu. Mika meninggalkan kantung sampah itu bersama bungkusan sampah yang lain. Ia menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah bungkusan sampah. Ia lalu kembali melangkah menuju kelas.
               Seorang ibu meletakkan barang belanjaannya di kursi taman. Ia lelah mengangkat belanjaannya yang cukup banyak. Tangannya berhenti memijat kakinya yang lelah saat sebuah gelang bertali merah dengan beberapa bola kristal di bagian atasnya tertangkap oleh pandangannya. Ia meraih gelang yang ada di dekat kaki kursi taman yang didudukinya.

(Linoire)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Komentar Anda akan menjadi penghargaan besar untuk kami.
Thanks for your visit. Your comment will be a great aprreciation for us.