Happily shared our short stories. Thanks for your attention. Your comment will help us to improve.

Label

Rabu, 14 Agustus 2013

Beauty


                Cahaya matahari menembus jendela ruang penyimpanan klub seni. Debu –debu yang bertebangan terlihat jelas. Catherine menahan nafas, mengeluarkan masker dari sakunya dan segera memakai masker. Merasa persiapannya belum cukup, Catherine mngikat rambut panjangnya dan menyelipkan ujung rambutnya pada ikatan sehingga rambutnya terlihat pendek.
“Ada apa? Ada sesuatu yang aneh di wajahku?” tanya Catherine yang baru menyadari Jade berdiri terpaku memperhatikannya.
“Tidak. Aku hanya khawatir kita akan pulang terlalu malam. Kamu menghabiskan waktu 20 menit hanya untuk mempersiapkan ‘baju tempur’ itu.” jawab Jade sambil menata kuas yang telah ia bersihkan pada tempatnya.
“Maaf. Aku tidak suka ini. Padahal kurang dari dua bulan lagi Prom Night. Seharusnya siswa tingkat akhir sibuk mencari pasangan dan baju yang sesuai. Kenapa kita harus membersihkan ruang penyimpanan? Ini pekerjaan adik kelas. Jade, pakai maskermu atau wajahmu akan kotor. Dan hati-hati dengan botol cat air itu.” Kata Catherine yang masih bediri di depan pintu.
“Jika takut tanganmu terkena cat, kamu tidak bisa menjadi seorang pelukis. Jika tidak ingin berimajinasi, kamu tidak bisa menjadi seorang penulis.sebelum meninggalkan sekolah ini, ingin ruang penyimpanan ini terlihat rapi.” kata Jade sambil tersenyum. Catherine ikut tersenyum. Ia melangkah masuk ke dalam ruang penyimpanan dan mulai membantu Jade.


                 Nicole masuk ke ruang penyimpanan klub seni. Ia menyimpan beberapa peralatan yang baru selesai dipakai. Masih ada hal lain yang harus ia lakukan, ia bergegas pergi.
“Besok kita sapu ruangan ini. Murid junior akan membantu.” Kata Jade pelan. Ia meninggalkan Catherine yang masih sibuk merapikan beberapa peralatan. Tangan Jade tampak kotor.
“Maaf, Andrew, sepupuku memintaku menyerahkan ini pada klub seni. Aku Ethan Forbes.”
“Titipan Andrew, ya?! Baiklah, terima kasih.” Kata Jade sambil menerima bungkusan alat lukis yang dibawa Ethan. Jade segera berbalik ke ruang penyimpanan.
“Tunggu. Boleh aku minta nomor teleponmu? Mungkin Andrew akan memintaku memberikan barang lain lagi.” Katanya sambil menarik tangan Jade. Jade mengangguk pelan setelah menatapnya beberapa saat.

                Anggota klub seni berkumpul di ruangan mereka. Seperti biasa, mereka saling menilai karya, membantu, dan bertukar informasi tentang bidang yang mereka gemari itu. Andrew datang bersama sepupunya. Andrew sedikit heran pada sepupunya yang jelas tidak tertarik pada seni itu.
“Jangan membuang waktu. Aku akan segera mengajarimu.” Kata Jade pada Ethan. Ethan meminta Jade mengajarinya teknik dasar melukis lewat pesan singkat ponsel.
“Aku tidak suka ini. Dia bahkan tidak memberitahuku untuk apa dia kemari.” Kata Andrew kesal. Perhatian Ethan tidak sepenuhnya terpaku pada lukisan. Andrew yang masih kesal juga tidak mengikuti kegiatan klub  sepenuh hati.

                Prom Night semakin dekat. Catherine sudah menemukan gaun yang tepat tapi belum ada yang mengajaknya pergi ke pesta. Nicole masih terlihat santai dan Jade tampaknya tidak peduli sama sekali dengan pesta dansa itu. Jade memang tertarik dengan dunia seni tapi ia tidak tertarik dengan pesta. Mendekati Prom Night, ketua klub seni semakin sibuk dengan tulisannya.

                Ethan mulai sering mengirim pesan singkat untuk Jade. Awalnya normal. Semakin lama pesan-pesan Ethan mulai mengganggu aktivitas Jade. Jade tidak dapat mengabaikan Ethan begitu saja sebagai anggota klub seninya walaupun sepertinya ia tidak berbakat dan tidak terlalu suka belajar.

                Ponsel Jade berdering. Jade yang mengantuk meraih ponselnya dengan sedikit malas dari balik selimutnya. Pesan dari Ethan. Jade meletakkan kembali poselnya. Pesan dari Ethan kembali menderingkan ponselnya. ‘Bagaimana dengan Prom Night? Apakah kamu sudah punya pasangan? Bagaimana dengan Nicole?’ Jade menggeleng pelan membaca pesan Ethan. Ia lalu menonaktifkan ponselnya dan kembali tidur.

                Tidak menyerah, Ethan menyerbu Jade dengan beberapa pesan yang sama. Jade tampak malas membaca pesan-pesan yang masuk beberapa detik setelah ia menghidupkan ponselnya. ‘Aku tidak tertarik dengan Prom Night. Untuk Nicole, sepertinya belum ada yang mengajaknya’ Jade mengetik dengan cepat dan segera mengirim pesan balasan untuk Ethan. Ia meraih tasnya dan segera berangkat ke sekolah.

                Beberapa hari tidak bertemu dan mendapat pesan dari Ethan, Jade kembali mendapat pesan dari Ethan. ‘Jade, menurutmu hadiah ulang tahun apa yang tepat untuk Nicole?’ Jade terdiam.
“Ada apa, Jade?” tanya Nicole penasaran. Jade hanya menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. Jade tahu Ethan ingin mendapatkan informasi tentang orang lain walaupun Ethan juga bertanya tentang dirinya. Andrew yang duduk di sisi yang berlawanan menatap serius ke arah Jade.

                Ethan menatap serius ke arah ponselnya. Setiap beberapa detik ia mematikan dan menghidupkan kembali layar ponselnya. Sesekali ia melirik ke arah jam di depan ruang kelas.
“Jika ingin pulang, pulang saja. Aku dapat mengerjakan tugas ini sendiri.” Kata Carl sambil meletakkan pensilnya. Ia mengambil ball-point biru dan kembali mengerjakan tugasnya.
“Tidak, Carl. Jade Evans. Aku ingin mendapatkan informasi tentang Nicole. Tapi ia tidak membalas pesan-pesanku. Mungkin aku harus menggunakan cara lain untuk mendekati Nicole. Jade semakin sulit diharapkan.” Ethan mengungkapakan pikirannya.
“Dengar, Et, jangan memperlakukan Jade seperti itu. Aku akan kesal jika diperlakukan seperti itu.” kata Carl sambil mengerjakan tugasnya. Ethan hanya diam menatap ponselnya.
“Gadis itu biasa-biasa saja. Setiap kali aku bertemu dengannya di klub seni, ia selalu terlihat berantakan. Tapi sepertinya Andrew” Ethan tidak menyelesaikan ucapannya. Carl melirik ke arah Ethan yang mulai diam.

                Jade berjalan menuju locker. Kedua tangannya penuh dengan buku. Jade menyimpan buku-bukunya dan mengambil tas yang disimpan di dalam locker. ia melirik ke arah jam tangannya, mengunci lockernya dan segera berjalan pergi. Di ujung koridor ia bertemu Ethan.
“Dengar, aku senang kamu peduli pada Nicole. Aku juga bersedia membantu jika kamu ingin mengajak Nicole ke pesta, karena aku menganggapmu teman. Aku tidak suka dimanfaatkan dan kamu membuatku merasa seperti itu. Jika itu tujuanmu, jangan hubungi aku lagi.” Kata Jade dengan wajah serius. Ethan terdiam menatap Jade. Jade menatap Ethan sesaat lalu meninggalkannya. Nicole yang bersembunyi di balik lorong menghampiri Ethan.
“Aku mencari Jade tapi malah mendengar pembicaraan kalian. Kamu tidak mengenal Jade. Jade yang kamu lihat di klub seni adalah Jade sebagai seorang seniman. Lihatlah Jade sebagai seorang wanita. Setiap wanita memiliki kecantikan masing-masing. Untuk Prom Night, aku tidak akan pergi denganmu. Terakhir, jangan salahkan temanmu. Kami mendengar pembicaraan kalian saat lewat.” Nicole berlalu sambil tersenyum.

                Ethan yang dijauhi Jade dan ditolak Nicole tidak pernah mengunjungi klub seni lagi. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama Carl, teman pertamanya sejak pindah sekolah beberapa bulan lalu di cafetaria. Ia lebih banyak diam sementara Carl sibuk dengan majalah game dan makanannya. Carl meletakkan majalahnya dan memperhatikan Ethan.
“Setelah ia menjauhiku, aku menyadarinya. Aku tertarik pada Jade, bukan Nicole.” Kata Ethan.
“Kamu akan mengajaknya ke pesta? Itu sulit” kata Carl sambil menyantap sandwich-nya. Ethan tersenyum menyeringai pada temannya yang berkata terlalu jujur. Carl sendiri sudah memiliki pasangan Prom Night tapi ia tidak memberitahu Ethan walaupun didesak.

                Dua minggu sebelum Prom Night. Catherine menemani Nicole dan Jade mencari gaun untuk pesta. Nicole tidak memiliki pasangan, sejak awal ia memang berniat pergi sendiri. Jade, ia dipaksa kedua temannya. Ia bahkan tidak memilih gaunnya sendiri. Catherine dan Nicole sibuk mencari gaun yang sesuai untuk Jade setelah menemukan gaun untuk Nicole. Keduanya juga sudah memutuskan untuk mengurus riasan wajah dan rambut Jade tanpa diminta. Jade hanya duduk diam mengamati kesibukan Catherine dan Nicole.

                Andrew dan Ethan duduk menunggu Emily, adik Ethan memilih tuxedo untuk mereka. Emily menunjukkan sebuah tuxedo pada Andrew. Andrew menggeleng pelan sambil tersenyum. Emily kembali sibuk dengan kumpulan tuxedo yang tergantung di depannya.
“Untuk Prom Night aku akan mengajak Jade. Dia berbeda. Dia juga gadis yang manis. Aku pernah mengatakan hal yang buruk tentangnya tapi jika aku mengajaknya pergi sebagai permintaan maaf mungkin dia akan memaafkanku. Bahkan sehari sebelum Prom Night juga belum terlambat ‘kan?!” kata Ethan sambil tersenyum pada Andrew. Andrew menatap tajam Ethan.
“Aku tidak marah jika kamu mengajak Nicole tapi”
“Kamu tidak mengajak Jade ‘kan?!” Ethan memotong perkataan Andrew.
“Aku malas mengatakan ini. Dalam hal membuatku kesal, tidak ada yang melebihimu.” Kata Andrew sambil tersenyum. Ia lalu menghampiri Emily yang masih sibuk memilih tuxedo.

                Jam istirahat. Koridor dipenuhi para siswa. Carl menyandarkan diri di sebelah kanan locker Ethan. Ia memainkan kunci mobilnya untuk menghilangkan kebosanan.
Jade membuka lockernya yang berjarak beberapa locker dari locker Ethan. Ethan mendekati Jade. Carl tetap berdiri di tempatnya sambil memperhatikan Ethan dan Jade. Jade tidak menoleh ke arah Ethan walaupun ia menyadari kehadiran Ethan.
“Bagaimana dengan Prom Night?” tanya Ethan.
“Aku pergi bersama Andrew.” Jawab Jade sambil mengunci lockernya. Ia lalu berjalan pergi. Carl menghampiri Ethan yang masih menatap kepergian Jade.
“Walaupun tidak memiliki pasangan, datang ke Prom Night. Setidaknya untukku.” Kata Carl sambil menepuk bahu Ethan pelan. Ethan melirik ke arah Carl.
“Baiklah. Tapi jangan mengatakan hal aneh seperti itu lagi, orang-orang akan memikirkan hal yang aneh.” Kata Ethan cepat. Carl tampak tersenyum kecil.
“Andrew harus berterima kasih padaku.” Kata Ethan sambil berjalan pergi. Carl yang terlihat bingung mengikuti Ethan.

                Bulan tampak terang. Catherine dan Nicole masih merias wajah Jade. Mereka sudah menyelesaikan riasan mereka dan menyisakan Jade untuk bagian penutup. Kamar Catherine menjadi tempat merias yang sempurna bagi mereka bertiga. Gaun, tatanan rambut, riasan wajah, tas dan high heels. Catherine, Nicole dan Jade terlihat mengagumkan. Andrew menunggu Jade di ruang tamu rumah Catherine.
“Prom Night sudah menunggu. Pergilah, Cantik. Aku akan menyusul bersama seseorang.” Kata Catherine sambil mengedipkan mata kanannya pada Jade saat Andrew mengeluarkan kunci mobilnya. Jade yang memakai gaun putih tersenyum.
“Bagaimana dengan Nicole?” tanya Jade kemudian.
“Tenang saja. Aku akan pergi sendiri. Jangan mengkhawatirkan aku.” Kata Nicole sambil mendorong Jade dan Andrew menuju pintu depan.

                Hall sekolah sudah mulai dipenuhi para siswa saat Jade dan Andrew sampai. Cahaya lampu gemerlap dan suara musik lembut menyambut kedatangan para siswa. Nicole datang beberapa menit kemudian. Ethan duduk di sebelah kanan ruangan. Kursi-kursi disusun melingkar memberi ruang kosong ditengah ruangan. Catherine datang bersama Carl. Ia melambaikan tangan pada Nicole, Jade dan Andrew. Sama seperti Carl, Catherine juga tidak memberitahu teman-temannya siapa pasangan Prom Night-nya.

                Pesta dansa dimulai. Jade dan Andrew, Catherine dan Carl, dan pasangan lainnya turun ke lantai dansa. Nicole tetap duduk di kursinya. Ethan yang menghampiri Nicole menawarkan segelas minuman. Nicole menerima sambil tersenyum.
“Tidak ikut berdansa? Bukankah ada yang mengajakmu datang?” tanya Ethan memulai pembicaraan.
“Aku menolak tawaran mereka. Aku ingin menemani Jade yang tidak berdansa. Dua hari sebelum pesta, Andrew yang baru masuk ke ruang klub seni mengajak Jade datang dengan suara yang cukup keras.” Kata Nicole sambil menatap ke arah Jade dan Andrew.
“Jade gadis yang manis. Andrew benar-benar harus berterima kasih padaku.” Kata Ethan. Nicole kembali tersenyum. Ethan mengulurkan tangannya di depan Nicole.
“Sebagai permintaan maafku. Aku yang menekan Andrew.” Kata Ethan sambil tersenyum. Nicole meletakkan tangannya di atas tangan Ethan setelah menatapnya beberapa saat.
“Kupikir kamu akan menolak tawaranku.” Kata Ethan sambil tersenyum.
“Aku hanya bilang tidak akan pergi denganmu dan aku memang tidak datang bersamamu.” Kata Nicole. Ethan dan Nicole turun ke lantai dansa. Pasangan yang baru turun ke lantai dansa itu menarik perhatian Catherine, Jade, Andrew dan Carl. Keempatnya saling menatap sesaat lalu tersenyum.





End




(Linoire)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Komentar Anda akan menjadi penghargaan besar untuk kami.
Thanks for your visit. Your comment will be a great aprreciation for us.