Cahaya matahari
menembus jendela ruang penyimpanan klub seni. Debu –debu yang bertebangan
terlihat jelas. Catherine menahan nafas, mengeluarkan masker dari sakunya dan
segera memakai masker. Merasa persiapannya belum cukup, Catherine mngikat rambut
panjangnya dan menyelipkan ujung rambutnya pada ikatan sehingga rambutnya
terlihat pendek.
“Ada
apa? Ada sesuatu yang aneh di wajahku?” tanya Catherine yang baru menyadari
Jade berdiri terpaku memperhatikannya.
“Tidak.
Aku hanya khawatir kita akan pulang terlalu malam. Kamu menghabiskan waktu 20
menit hanya untuk mempersiapkan ‘baju tempur’ itu.” jawab Jade sambil menata
kuas yang telah ia bersihkan pada tempatnya.
“Maaf.
Aku tidak suka ini. Padahal kurang dari dua bulan lagi Prom Night. Seharusnya siswa
tingkat akhir sibuk mencari pasangan dan baju yang sesuai. Kenapa kita harus
membersihkan ruang penyimpanan? Ini pekerjaan adik kelas. Jade, pakai maskermu
atau wajahmu akan kotor. Dan hati-hati dengan botol cat air itu.” Kata
Catherine yang masih bediri di depan pintu.
“Jika
takut tanganmu terkena cat, kamu tidak bisa menjadi seorang pelukis. Jika tidak
ingin berimajinasi, kamu tidak bisa menjadi seorang penulis.sebelum
meninggalkan sekolah ini, ingin ruang penyimpanan ini terlihat rapi.” kata Jade
sambil tersenyum. Catherine ikut tersenyum. Ia melangkah masuk ke dalam ruang
penyimpanan dan mulai membantu Jade.
Nicole masuk ke ruang penyimpanan klub seni.
Ia menyimpan beberapa peralatan yang baru selesai dipakai. Masih ada hal lain
yang harus ia lakukan, ia bergegas pergi.
“Besok
kita sapu ruangan ini. Murid junior akan membantu.” Kata Jade pelan. Ia
meninggalkan Catherine yang masih sibuk merapikan beberapa peralatan. Tangan
Jade tampak kotor.
“Maaf,
Andrew, sepupuku memintaku menyerahkan ini pada klub seni. Aku Ethan Forbes.”
“Titipan
Andrew, ya?! Baiklah, terima kasih.” Kata Jade sambil menerima bungkusan alat
lukis yang dibawa Ethan. Jade segera berbalik ke ruang penyimpanan.
“Tunggu.
Boleh aku minta nomor teleponmu? Mungkin Andrew akan memintaku memberikan
barang lain lagi.” Katanya sambil menarik tangan Jade. Jade mengangguk pelan
setelah menatapnya beberapa saat.
Anggota klub seni
berkumpul di ruangan mereka. Seperti biasa, mereka saling menilai karya,
membantu, dan bertukar informasi tentang bidang yang mereka gemari itu. Andrew
datang bersama sepupunya. Andrew sedikit heran pada sepupunya yang jelas tidak
tertarik pada seni itu.
“Jangan
membuang waktu. Aku akan segera mengajarimu.” Kata Jade pada Ethan. Ethan
meminta Jade mengajarinya teknik dasar melukis lewat pesan singkat ponsel.
“Aku
tidak suka ini. Dia bahkan tidak memberitahuku untuk apa dia kemari.” Kata
Andrew kesal. Perhatian Ethan tidak sepenuhnya terpaku pada lukisan. Andrew
yang masih kesal juga tidak mengikuti kegiatan klub sepenuh hati.
Prom Night
semakin dekat. Catherine sudah menemukan gaun yang tepat tapi belum ada yang
mengajaknya pergi ke pesta. Nicole masih terlihat santai dan Jade tampaknya
tidak peduli sama sekali dengan pesta dansa itu. Jade memang tertarik dengan
dunia seni tapi ia tidak tertarik dengan pesta. Mendekati Prom Night, ketua
klub seni semakin sibuk dengan tulisannya.
Ethan mulai
sering mengirim pesan singkat untuk Jade. Awalnya normal. Semakin lama
pesan-pesan Ethan mulai mengganggu aktivitas Jade. Jade tidak dapat mengabaikan
Ethan begitu saja sebagai anggota klub seninya walaupun sepertinya ia tidak
berbakat dan tidak terlalu suka belajar.
Ponsel Jade
berdering. Jade yang mengantuk meraih ponselnya dengan sedikit malas dari balik
selimutnya. Pesan dari Ethan. Jade meletakkan kembali poselnya. Pesan dari
Ethan kembali menderingkan ponselnya. ‘Bagaimana dengan Prom Night? Apakah kamu
sudah punya pasangan? Bagaimana dengan Nicole?’ Jade menggeleng pelan membaca
pesan Ethan. Ia lalu menonaktifkan ponselnya dan kembali tidur.
Tidak menyerah,
Ethan menyerbu Jade dengan beberapa pesan yang sama. Jade tampak malas membaca
pesan-pesan yang masuk beberapa detik setelah ia menghidupkan ponselnya. ‘Aku
tidak tertarik dengan Prom Night. Untuk Nicole, sepertinya belum ada yang
mengajaknya’ Jade mengetik dengan cepat dan segera mengirim pesan balasan untuk
Ethan. Ia meraih tasnya dan segera berangkat ke sekolah.
Beberapa hari
tidak bertemu dan mendapat pesan dari Ethan, Jade kembali mendapat pesan dari
Ethan. ‘Jade, menurutmu hadiah ulang tahun apa yang tepat untuk Nicole?’ Jade
terdiam.
“Ada
apa, Jade?” tanya Nicole penasaran. Jade hanya menggeleng pelan sambil
tersenyum kecil. Jade tahu Ethan ingin mendapatkan informasi tentang orang lain
walaupun Ethan juga bertanya tentang dirinya. Andrew yang duduk di sisi yang
berlawanan menatap serius ke arah Jade.
Ethan menatap
serius ke arah ponselnya. Setiap beberapa detik ia mematikan dan menghidupkan
kembali layar ponselnya. Sesekali ia melirik ke arah jam di depan ruang kelas.
“Jika
ingin pulang, pulang saja. Aku dapat mengerjakan tugas ini sendiri.” Kata Carl
sambil meletakkan pensilnya. Ia mengambil ball-point biru dan kembali
mengerjakan tugasnya.
“Tidak,
Carl. Jade Evans. Aku ingin mendapatkan informasi tentang Nicole. Tapi ia tidak
membalas pesan-pesanku. Mungkin aku harus menggunakan cara lain untuk mendekati
Nicole. Jade semakin sulit diharapkan.” Ethan mengungkapakan pikirannya.
“Dengar,
Et, jangan memperlakukan Jade seperti itu. Aku akan kesal jika diperlakukan seperti
itu.” kata Carl sambil mengerjakan tugasnya. Ethan hanya diam menatap
ponselnya.
“Gadis
itu biasa-biasa saja. Setiap kali aku bertemu dengannya di klub seni, ia selalu
terlihat berantakan. Tapi sepertinya Andrew” Ethan tidak menyelesaikan
ucapannya. Carl melirik ke arah Ethan yang mulai diam.
Jade berjalan
menuju locker. Kedua tangannya penuh dengan buku. Jade menyimpan buku-bukunya
dan mengambil tas yang disimpan di dalam locker. ia melirik ke arah jam
tangannya, mengunci lockernya dan segera berjalan pergi. Di ujung koridor ia
bertemu Ethan.
“Dengar,
aku senang kamu peduli pada Nicole. Aku juga bersedia membantu jika kamu ingin
mengajak Nicole ke pesta, karena aku menganggapmu teman. Aku tidak suka
dimanfaatkan dan kamu membuatku merasa seperti itu. Jika itu tujuanmu, jangan
hubungi aku lagi.” Kata Jade dengan wajah serius. Ethan terdiam menatap Jade.
Jade menatap Ethan sesaat lalu meninggalkannya. Nicole yang bersembunyi di
balik lorong menghampiri Ethan.
“Aku
mencari Jade tapi malah mendengar pembicaraan kalian. Kamu tidak mengenal Jade.
Jade yang kamu lihat di klub seni adalah Jade sebagai seorang seniman. Lihatlah
Jade sebagai seorang wanita. Setiap wanita memiliki kecantikan masing-masing.
Untuk Prom Night, aku tidak akan pergi denganmu. Terakhir, jangan salahkan
temanmu. Kami mendengar pembicaraan kalian saat lewat.” Nicole berlalu sambil
tersenyum.
Ethan yang
dijauhi Jade dan ditolak Nicole tidak pernah mengunjungi klub seni lagi. Ia
lebih sering menghabiskan waktu bersama Carl, teman pertamanya sejak pindah
sekolah beberapa bulan lalu di cafetaria. Ia lebih banyak diam sementara Carl
sibuk dengan majalah game dan makanannya. Carl meletakkan majalahnya dan
memperhatikan Ethan.
“Setelah
ia menjauhiku, aku menyadarinya. Aku tertarik pada Jade, bukan Nicole.” Kata
Ethan.
“Kamu
akan mengajaknya ke pesta? Itu sulit” kata Carl sambil menyantap sandwich-nya.
Ethan tersenyum menyeringai pada temannya yang berkata terlalu jujur. Carl
sendiri sudah memiliki pasangan Prom Night tapi ia tidak memberitahu Ethan
walaupun didesak.
Dua minggu
sebelum Prom Night. Catherine menemani Nicole dan Jade mencari gaun untuk
pesta. Nicole tidak memiliki pasangan, sejak awal ia memang berniat pergi
sendiri. Jade, ia dipaksa kedua temannya. Ia bahkan tidak memilih gaunnya
sendiri. Catherine dan Nicole sibuk mencari gaun yang sesuai untuk Jade setelah
menemukan gaun untuk Nicole. Keduanya juga sudah memutuskan untuk mengurus
riasan wajah dan rambut Jade tanpa diminta. Jade hanya duduk diam mengamati
kesibukan Catherine dan Nicole.
Andrew dan Ethan
duduk menunggu Emily, adik Ethan memilih tuxedo untuk mereka. Emily menunjukkan
sebuah tuxedo pada Andrew. Andrew menggeleng pelan sambil tersenyum. Emily
kembali sibuk dengan kumpulan tuxedo yang tergantung di depannya.
“Untuk
Prom Night aku akan mengajak Jade. Dia berbeda. Dia juga gadis yang manis. Aku
pernah mengatakan hal yang buruk tentangnya tapi jika aku mengajaknya pergi
sebagai permintaan maaf mungkin dia akan memaafkanku. Bahkan sehari sebelum
Prom Night juga belum terlambat ‘kan?!” kata Ethan sambil tersenyum pada
Andrew. Andrew menatap tajam Ethan.
“Aku
tidak marah jika kamu mengajak Nicole tapi”
“Kamu
tidak mengajak Jade ‘kan?!” Ethan memotong perkataan Andrew.
“Aku
malas mengatakan ini. Dalam hal membuatku kesal, tidak ada yang melebihimu.”
Kata Andrew sambil tersenyum. Ia lalu menghampiri Emily yang masih sibuk
memilih tuxedo.
Jam istirahat.
Koridor dipenuhi para siswa. Carl menyandarkan diri di sebelah kanan locker
Ethan. Ia memainkan kunci mobilnya untuk menghilangkan kebosanan.
Jade
membuka lockernya yang berjarak beberapa locker dari locker Ethan. Ethan
mendekati Jade. Carl tetap berdiri di tempatnya sambil memperhatikan Ethan dan
Jade. Jade tidak menoleh ke arah Ethan walaupun ia menyadari kehadiran Ethan.
“Bagaimana
dengan Prom Night?” tanya Ethan.
“Aku
pergi bersama Andrew.” Jawab Jade sambil mengunci lockernya. Ia lalu berjalan
pergi. Carl menghampiri Ethan yang masih menatap kepergian Jade.
“Walaupun
tidak memiliki pasangan, datang ke Prom Night. Setidaknya untukku.” Kata Carl
sambil menepuk bahu Ethan pelan. Ethan melirik ke arah Carl.
“Baiklah.
Tapi jangan mengatakan hal aneh seperti itu lagi, orang-orang akan memikirkan
hal yang aneh.” Kata Ethan cepat. Carl tampak tersenyum kecil.
“Andrew
harus berterima kasih padaku.” Kata Ethan sambil berjalan pergi. Carl yang
terlihat bingung mengikuti Ethan.
Bulan tampak
terang. Catherine dan Nicole masih merias wajah Jade. Mereka sudah
menyelesaikan riasan mereka dan menyisakan Jade untuk bagian penutup. Kamar
Catherine menjadi tempat merias yang sempurna bagi mereka bertiga. Gaun,
tatanan rambut, riasan wajah, tas dan high heels. Catherine, Nicole dan Jade
terlihat mengagumkan. Andrew menunggu Jade di ruang tamu rumah Catherine.
“Prom
Night sudah menunggu. Pergilah, Cantik. Aku akan menyusul bersama seseorang.”
Kata Catherine sambil mengedipkan mata kanannya pada Jade saat Andrew
mengeluarkan kunci mobilnya. Jade yang memakai gaun putih tersenyum.
“Bagaimana
dengan Nicole?” tanya Jade kemudian.
“Tenang
saja. Aku akan pergi sendiri. Jangan mengkhawatirkan aku.” Kata Nicole sambil
mendorong Jade dan Andrew menuju pintu depan.
Hall sekolah
sudah mulai dipenuhi para siswa saat Jade dan Andrew sampai. Cahaya lampu
gemerlap dan suara musik lembut menyambut kedatangan para siswa. Nicole datang
beberapa menit kemudian. Ethan duduk di sebelah kanan ruangan. Kursi-kursi
disusun melingkar memberi ruang kosong ditengah ruangan. Catherine datang
bersama Carl. Ia melambaikan tangan pada Nicole, Jade dan Andrew. Sama seperti
Carl, Catherine juga tidak memberitahu teman-temannya siapa pasangan Prom
Night-nya.
Pesta dansa
dimulai. Jade dan Andrew, Catherine dan Carl, dan pasangan lainnya turun ke
lantai dansa. Nicole tetap duduk di kursinya. Ethan yang menghampiri Nicole
menawarkan segelas minuman. Nicole menerima sambil tersenyum.
“Tidak
ikut berdansa? Bukankah ada yang mengajakmu datang?” tanya Ethan memulai
pembicaraan.
“Aku
menolak tawaran mereka. Aku ingin menemani Jade yang tidak berdansa. Dua hari
sebelum pesta, Andrew yang baru masuk ke ruang klub seni mengajak Jade datang
dengan suara yang cukup keras.” Kata Nicole sambil menatap ke arah Jade dan
Andrew.
“Jade
gadis yang manis. Andrew benar-benar harus berterima kasih padaku.” Kata Ethan.
Nicole kembali tersenyum. Ethan mengulurkan tangannya di depan Nicole.
“Sebagai
permintaan maafku. Aku yang menekan Andrew.” Kata Ethan sambil tersenyum. Nicole
meletakkan tangannya di atas tangan Ethan setelah menatapnya beberapa saat.
“Kupikir
kamu akan menolak tawaranku.” Kata Ethan sambil tersenyum.
“Aku
hanya bilang tidak akan pergi denganmu dan aku memang tidak datang bersamamu.”
Kata Nicole. Ethan dan Nicole turun ke lantai dansa. Pasangan yang baru turun
ke lantai dansa itu menarik perhatian Catherine, Jade, Andrew dan Carl.
Keempatnya saling menatap sesaat lalu tersenyum.
End
(Linoire)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Komentar Anda akan menjadi penghargaan besar untuk kami.
Thanks for your visit. Your comment will be a great aprreciation for us.